Rabu, 27 Januari 2016
BUKIT TOENGA ( Kecamatan Bangkala )
BUKIT Toenga memang masih asing bagi warga Jeneponto. Bukti Toenga merupakan wisata alam puncak pertama di Jeneponto. Bagi pengunjung yang ingin menaikmati keindahan kota Jeneponto, cukup datang saja ke tempat ini. Ada tiga view yang ditawarkan, gunung, laut dan lembah.
Terletak di kampung Tanetea Kelurahan Bontorannu, Kecamatan Bangkala. Bukit Toenga berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Jeneponto atau 90 kilometer dari kota Makassar. Berada diketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut.
Menuju puncak dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau motor. Namun, jalanan menuju puncak Toenga penuh dengan tanjakan dan jurang yang terjal. Namun, keteduhan dan keindahan pemandangan alamnya sudah mulai terlihat disepanjang perjalanan menuju puncak.
Disekitar bukit puncak ditumbuhi pohon-pohon lontar. Dipuncak bukit juga terdapat taman yang banyak ditumbuhi oleh bunga-bunga yang indah, serta bongkahan batu besar setinggi rumah. Untuk menaikmati hamparan perbukitan, ada tempat khusus yang nyaman disediakan untuk pengunjung.
Pengunjung juga bisa menyaksikan gunung Bawakaraeng dan gunung lainnya dari puncak bukit Toenga, Ditambah angin yang bertiup sepoi-sepoi semakin membuat naluri ingin tetap berlama-lama.
Bukan itu saja, jika pengunjung ingin berlama-lama suguhan sunset di sore hari tak kalah menariknya. Bahkan, hingga malam hari, pesona kota Jeneponto dari atas puncak bukit toenga menarik, dengan kerlap-kerlip lampu yang menerangi.
Terletak di kampung Tanetea Kelurahan Bontorannu, Kecamatan Bangkala. Bukit Toenga berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Jeneponto atau 90 kilometer dari kota Makassar. Berada diketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut.
Menuju puncak dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau motor. Namun, jalanan menuju puncak Toenga penuh dengan tanjakan dan jurang yang terjal. Namun, keteduhan dan keindahan pemandangan alamnya sudah mulai terlihat disepanjang perjalanan menuju puncak.
Disekitar bukit puncak ditumbuhi pohon-pohon lontar. Dipuncak bukit juga terdapat taman yang banyak ditumbuhi oleh bunga-bunga yang indah, serta bongkahan batu besar setinggi rumah. Untuk menaikmati hamparan perbukitan, ada tempat khusus yang nyaman disediakan untuk pengunjung.
Pengunjung juga bisa menyaksikan gunung Bawakaraeng dan gunung lainnya dari puncak bukit Toenga, Ditambah angin yang bertiup sepoi-sepoi semakin membuat naluri ingin tetap berlama-lama.
Bukan itu saja, jika pengunjung ingin berlama-lama suguhan sunset di sore hari tak kalah menariknya. Bahkan, hingga malam hari, pesona kota Jeneponto dari atas puncak bukit toenga menarik, dengan kerlap-kerlip lampu yang menerangi.
Kalo disanaki bisaki liatki sebagian besar wilayah bangkala. datangki nahh :)
PACUAN KUDA JENEPONTO ( Kecamatan Bangkala )
Seperti halnya di kabupaten-kabupaten lain yang terdapat di Sulsel (Sulawesi Selatan), Kabupaten Jeneponto sangat dikenal dengan keunikan yang di milikinya. Kabupaten jeneponto yang terkenal dengan julukan Butta Turatea jika di termahkan kedalam bahasa Indonesia yang Artinya orang yang berasal dari wilayah bagian atas, Jeneponto sejak dulu kala sudah dikenal dengan jumlah hewannya dominan Kuda.
Dikabupaten Jeneponto, hampir setiap rumah penduduk terdapat kuda yang ditambatkan didalam kandangnya. Berlatar belakang dari itu sehingga Pemerintah Jeneponto Kegiatan-kegiatan yang melibatkan kuda sebagai alat utama juga sering digelar diwilayah ini yakni pacuan kuda. Guna melestarikan simbol budata yang sudah turun temurun.
Dikabupaten Jeneponto, hampir setiap rumah penduduk terdapat kuda yang ditambatkan didalam kandangnya. Berlatar belakang dari itu sehingga Pemerintah Jeneponto Kegiatan-kegiatan yang melibatkan kuda sebagai alat utama juga sering digelar diwilayah ini yakni pacuan kuda. Guna melestarikan simbol budata yang sudah turun temurun.
Harga kuda di jenepoto tergolong mahal yakni berkisar hingga 9 jt/ekor (khusus Untuk kuda pacuan) sedangkan harga kuda biasa harganya berkisar 3 jt/ekor, namun dengan adanya Pacuan Kuda di Jeneponto hingga harga kuda yang harganya melonjak selain itu karena di akibatkan kurangnya minat masyarakat dalam memelihara kuda pacuan.
Tapi dengan adanya arena pacuan kuda di Kabupaten Jeneponto yang letaknya di Desa Kalimporo , Kec. Bangkala sehingga mampu menyemangati para peternak kuda di Jeneponto. Hal demikian tentunya dapat meningkatkan ekonomi para pedagang yang berjualan kuda di Jeneponto.
Kegiatan pacuan kuda di laksanakan 2 kali seminggu dengan hari yang telah di tetapkan, yakni pada hari Minggu dan hari Rabu, adapun jenis kuda yang diperlombakan yaitu jenis kuda lokal.
Budaya Pacuan Kuda perlu di kembangkan dan dilestarikan, karena dengan adanya kegiatan seperti ini tentunya dapat menumbuhkan semangat masyrakat dalam beternak kuda, apalagi sejak duhulu kala Kabupaten Jeneponto sangat dikenal sebagai penghasil kuda terbersar di Sulawesi Selatan. Selain dari pada itu, kuda pun merupakan makanan khas orang jeneponto
Tapi dengan adanya arena pacuan kuda di Kabupaten Jeneponto yang letaknya di Desa Kalimporo , Kec. Bangkala sehingga mampu menyemangati para peternak kuda di Jeneponto. Hal demikian tentunya dapat meningkatkan ekonomi para pedagang yang berjualan kuda di Jeneponto.
Kegiatan pacuan kuda di laksanakan 2 kali seminggu dengan hari yang telah di tetapkan, yakni pada hari Minggu dan hari Rabu, adapun jenis kuda yang diperlombakan yaitu jenis kuda lokal.
Budaya Pacuan Kuda perlu di kembangkan dan dilestarikan, karena dengan adanya kegiatan seperti ini tentunya dapat menumbuhkan semangat masyrakat dalam beternak kuda, apalagi sejak duhulu kala Kabupaten Jeneponto sangat dikenal sebagai penghasil kuda terbersar di Sulawesi Selatan. Selain dari pada itu, kuda pun merupakan makanan khas orang jeneponto
PESONA WISATA DI BUMI TURATEA
Obyek wisata Birta Ria yang dikenal dengan sebutan kassi adalah magnet Kabupaten Jeneponto Untuk menyedot wisawatan. Pesona alam dan pantai yang mengundang decak kagum.
Obyek wisata Birta Ria Kassi menjanjikan pendapatan bagi kas pemerintah Kabupaten Jeneponto. Dengan pesona pantai dan nuansa alamnya yang menyajikan kesejukan, menjadikannya sebagai alternatif tamasya warga Turatea dan sekitarnya.
Kawasan Birtaria Kassi terletak di desa Tonro Kassi, Kecamatan Tamalanrea, Kabupaten
Jeneponto. Luas obyeknya mencapai empat hektar. Jarak dari kota Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan menuju obyek kurang lebih 60 kilometer.
Letaknya sangat strategis, hanya 200 meter dari jalan propinsi. Dari kota Jeneponto, kita dapat menempuh jarak 20 kilometer atau satu jam perjalanan.
Pada hari-hari libur, seperti halnya obyek wisata lain, Birta Ria Kassi Ramai dikunjungi, terutama masyarakat dari daerah sekitarnya. Tarif masuk tergolong murah,
Kawasan yang dilengkapi dengan fasilitas kolam renang ini, nampaknya dirancang untuk dinikmati oleh semua kalangan.
BIRTA RIA KASSI ( Kecamatan Tamalatea )
Obyek wisata Birta Ria Kassi menjanjikan pendapatan bagi kas pemerintah Kabupaten Jeneponto. Dengan pesona pantai dan nuansa alamnya yang menyajikan kesejukan, menjadikannya sebagai alternatif tamasya warga Turatea dan sekitarnya.
Kawasan Birtaria Kassi terletak di desa Tonro Kassi, Kecamatan Tamalanrea, Kabupaten
Jeneponto. Luas obyeknya mencapai empat hektar. Jarak dari kota Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan menuju obyek kurang lebih 60 kilometer.
Letaknya sangat strategis, hanya 200 meter dari jalan propinsi. Dari kota Jeneponto, kita dapat menempuh jarak 20 kilometer atau satu jam perjalanan.
Pada hari-hari libur, seperti halnya obyek wisata lain, Birta Ria Kassi Ramai dikunjungi, terutama masyarakat dari daerah sekitarnya. Tarif masuk tergolong murah,
Kawasan yang dilengkapi dengan fasilitas kolam renang ini, nampaknya dirancang untuk dinikmati oleh semua kalangan.
Senin, 25 Januari 2016
LAMMANG KHAS JENEPONTO
Lammang di Pasar Allu Paccelang, Kecamatan Bangkala Jeneponto, pinggi jalan poros Jeneponto-Makassar, Minggu
Berjualan makanan khas Kabupaten Jeneponto, Lammang, mendatangkan rupiah melimpah untuk Awing (43).
Penjual Lammang di Pasar Allu Paccelang, Kecamatan Bangkala Jeneponto ini mampu meraup untung jutaan rupiah sehari.
Sudah lima belas tahun Awing menjajakan Lammang di pinggir jalan poros Jeneponto-Makassar tersebut.
“Lima tahun lalu modal saya 50 ribu rupiah, Alhamdulillah sekarang 11 sampai 12 juta per hari,” katanya saat dihampiri tribunjeneponto.com, Minggu (24/1/2016).
Modal Awing untuk produksi Lammang Rp 10 juta.
Usaha Lammang Awing memang dikenal “kakap” di kawasan ini.
Dia mempekerjakan 16 karyawan.
Karyawan itu adalah tetangga-tetangga Awing sendiri.
“Pemintaan Lammang banyak, jadi saya menginspirasi tetangga-tetangga untuk berjualan Lammang,” katanya.
Lammang atau tumbu’ menurut bahasa Bugis-Makassar, adalah menu makanan berbahan dasar beras ketan hitam atau putih yang dicampur santan.
Adonan itu kemudian dimasukkan ke dalam bambu
Selanjutnya dipanggang.
Rasanya, gurih di lidah.
Awing berbagi tips buat Anda yang ingin membuat Lammang.
Sediakan:
Beras ketan 1 liter
Santan 1 liter dari satu butir kelapa
Secukupnya garam
Bambu muda dengan diameter tujuh atau delapan sentimCara:
1. Cuci bersih beras ketan, kemudian campur garam dan santan
2. Lapisi bambu dengan daun pisang
3. Masukkan adonan beras tadi ke bambu hingga penuh
4. Bakar lemang dengan posisi tengah, miringkan sedikit
5. Putar-putar bambunya agar Lammangnya merata.
6. Jika sudah masak, keluarkan lammang dari bambu.eter
Daun pisang
Warung Lammang Awing di Pasar Allu Paccelang, Kecamatan Bangkala Jeneponto, pinggi jalan poros Jeneponto-Makassar,
Awing saat memasak Lammang di Pasar Allu Paccelang, Kecamatan Bangkala Jeneponto, pinggi jalan poros Jeneponto-Makassar.
Sabtu, 23 Januari 2016
Jalan-jalan Ke Jeneponto Sulawesi Selatan

Mengintip Pesona Wisata di Bumi Turatea
Selamat datang di bumi Turatea, kalimat itu akan terlihat saat pertama kali kita memasuki Kabupaten Jeneponto, kota dengan keindahan wisatanya yang mempesona.
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu Daerah Tingkat II di provinsiSulawesi Selatan. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Jeneponto. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 737,64 km2 dan berpenduduk sebanyak ±300.000 jiwa. Kabupaten Jeneponto terletak di ujung bagian Barat wilayah Propinsi Sulsel yang jarak tempuhnya dari Kota Makassar sekitar 90 km.
Dalam rangka pencanangan Visit Indonesia Year 2008 berbagai kota di tanah air terus digalangkan. Dan Jeneponto pun tidak mau ketinggalan untuk memperkenalkan obyek wisatanya. Baik itu wisata alam, budaya, agrowisata dan agrobisnis. Jadi tak salah rasanya jika jalan-jalan kita kali ini, kita menyambangi Kabupaten Jeneponto yang juga dikenal sebagai penghasil Garam terbesar dan kepiawaiannya membuat Coto Kuda sebagai wisata kuliner tersohor di Sulsel.
Wisata Air Terjun Je’neAriba
Mengunjungi Jeneponto tak lengkap rasanya bila tidak ke Air terjuang Je’ne Ariba. Je’ne Ariba berada di Desa Kapita kecamatan Bangkala. Air terjung ini memang belum bisa di sejajarkan dengan air terjun Takkapala yang ada di Malino, namun air terjuang Je’ne Ariba ini memiliki keunikan tersendiri untuk ditelusuri. Di mana saat memasuki kawasan ini, para pengunjungnya akan dijamu dengan keindahan pegunungan yang cukup memukau dan mempesona. Selanjutnya menuju ke arah obyek, pengunjung kembali diwajibkan untuk menelusuri perkebunan jagung, jambu menteh dan tambak ikan. Ini tentu saja menjadi keasyikan dan tantangan tersendiri bagi Anda yang suka berpetualang ke alam bebas. Sekilas, perjalanan akan sangat melelahkan saat menuju lokasi Je’ne Ariba, tapi Anda tak perlu khawatir mengingat keindahan alam yang bertebaran di seputar jalan menuju area air terjun membuat kita tak merasakan hal ini. Malah sebaliknya decak kagum selalu datang menghampiri. Kesejukan air telaga di Je’ne Ariba sangat bening dan segar. Di kawasan ini sangat sering digunakan sebagai tempat rekreasi masyarakat umum yang bertanda bersama keluarga, khususnya pada hari Minggu yang juga bersamaan hari pasar di seputaran desa Kapita ini. Jarak tempuh wisata Je’ne Ariba sekitar 25 km dari kota Jeneponto.
Bungung Salapang
Tidak lupa Anda pun bisa mengunjungi wisata Bungung Salapang atau sembilan Sumur. Tempat wisata ini juga sangat menarik untuk dikunjungi, karena bisa disebut sebagi wisata Budaya. Di mana air yang ada di dalamBungung Salapang ini tidak pernah habis meskipun banyak orang yang memakainya, dan hal itu sudah terjadi ratusan tahun yang lalu. Bungung Salapang, oleh sebagian masyarakat Jeneponto juga dipercayai selain dapat menghilangkan berbagai macam penyakit yang ada dalam tubuh, bisa awet mudah juga bisa ketemu jodoh. Dengan cara orang tersebut harus datang dengan niat baik dan tulus, untuk memohon (nasar), sambil mengikat tali yang menyerupai akar-akaran di seputaran pohon atau area Bungung Salapang, sambil berucap dalam hati ‘ Aku akan kembali melepas tali ini setelah jodohku aku temukan ’ lalu membasuh air ke muka. Percaya tidak percaya tempat wisata ini banyak dikunjungi masyarakat dari dalam dan luar Jeneponto. Dan saat ini kawasan Bungung Salapang menjadi potensi khasanah yang unik karena keragaman budaya yang ada di Masyarakatnya selalu berpulang pada kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Sebagian masyarakat mengkulturkan dan menjadikan tempat tersebut sakral.

Agrobisnis Industri Garam
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional dapat di temukan di Jeneponto. Pengolahan yang tradisional menjadikan garam dari sini cukup diperhitungkan oleh pelaku bisnis dari luar Sulsel. Pada umumnya Garam di sini diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri, namun bahan penggunaannya tidak mengandung unsur kimia yang merusak. Lahan pembuatan garam di sini dibuat berpetak-petak secara bertingkat, sehingga bagi anda yang ingin mengetahui lebih dalam lagi cara menghasilkan dan membuat garam, Anda tinggal mengunjungi kawasan Nassara di Jeneponto.

Tak lengkap rasanya jika mengunjungi Jeneponto, tanpa mencicipi coto kudanya. Aneka rasa yang disajikan akan mengundang selera dan rasa penasaran tak kala menikmati satu mangkuk panas hidangan coto kuda. Harganya pun terbilang murah, hanya Rp. 9000 Anda sudah dapat menikmatinya.
Sebenarnya masih ada banyak lagi tempat-tempat menakjubkan yang bakalan memacu decak kagum Anda setiap kali berkunjung ke Jeneponto. Seperti Wisata Pantai Pasir Putih Kassi, Cagar Budaya Makam Raja-raja Binamu, Panorama Alam Loka Jenetallasa, Pacuan Kuda di Binamu dan Pasir Putih Taman Roya, selalu menanti. Jadi selamat berkunjung sambil menikmati keunikan dan keindahan wisata di Butta Turatea, Jeneponto.
SEJARAH JENEPONTO
Sejarah Jeneponto
Penetapan Hari Jadi Jeneponto sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan waktu yang cukup panjang dan melibatkan banyak tokoh di daerah ini. Kajian dan berbagai peristiwa penting melahirkan beberapa versi mengenai waktu yang paling tepat untuk dijadikan sebagai Hari Jadi Jeneponto.
Kelahiran adalah suatu proses yang panjang, yang merupakan momentum awal dan tercatatnya sebuah sejarah Bangsa, Negara, dan Daerah. Oleh karena itu, kelahiran tersebut memiliki makna yang sangat dalam bagi peradaban manusia.
Jeneponto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian selatan, tumbuh dengan budaya dan peradaban tersendiri seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Menyadari perlunya kepastian akan Hari Jadi Jeneponto, maka dilakukan beberapa upaya dengan melibatkan berbagai elemen di daerah ini melalui seminar –seminar yang dilaksanakan secara terpadu.
Dari pemikiran yang berkembang dalam pelaksanaan seminar tersebut, diharapkan bahwa kriteria yang paling tepat untuk menetapkan Hari Jadi Jeneponto adalah berdasarkan pertimbangan historia, sosio-kultural, dan struktur pemerintahan, baik pada masa pra dan pasca kemerdekaan Republik Indonesia, maupun pertimbangan eksistensi dan norma-norma serta simbol-simbol adat istiadat yang dipegang teguh, dan dilestarikan oleh masyarakat dalam meneruskan pembangunan.
Selanjutnya, penelusuran tersebut menggunakan dua pendekatan yaitu tanggal, bulan, dan tahun menurut teks dan tanggal kejadiannya, serta pendekatan dengan mengambil tanggal-tanggal, bulan-bulan maupun tahun-tahun yang mempunyai makna-makna penting yang bertalian dengan lahirnya suatu daerah, yang dianggap merupakan puncak kulminasi peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi.
Kelahiran adalah suatu proses yang panjang, yang merupakan momentum awal dan tercatatnya sebuah sejarah Bangsa, Negara, dan Daerah. Oleh karena itu, kelahiran tersebut memiliki makna yang sangat dalam bagi peradaban manusia.
Jeneponto merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian selatan, tumbuh dengan budaya dan peradaban tersendiri seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Menyadari perlunya kepastian akan Hari Jadi Jeneponto, maka dilakukan beberapa upaya dengan melibatkan berbagai elemen di daerah ini melalui seminar –seminar yang dilaksanakan secara terpadu.
Dari pemikiran yang berkembang dalam pelaksanaan seminar tersebut, diharapkan bahwa kriteria yang paling tepat untuk menetapkan Hari Jadi Jeneponto adalah berdasarkan pertimbangan historia, sosio-kultural, dan struktur pemerintahan, baik pada masa pra dan pasca kemerdekaan Republik Indonesia, maupun pertimbangan eksistensi dan norma-norma serta simbol-simbol adat istiadat yang dipegang teguh, dan dilestarikan oleh masyarakat dalam meneruskan pembangunan.
Selanjutnya, penelusuran tersebut menggunakan dua pendekatan yaitu tanggal, bulan, dan tahun menurut teks dan tanggal kejadiannya, serta pendekatan dengan mengambil tanggal-tanggal, bulan-bulan maupun tahun-tahun yang mempunyai makna-makna penting yang bertalian dengan lahirnya suatu daerah, yang dianggap merupakan puncak kulminasi peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi.

Adapun alternatif yang digunakan terhadap kedua pendekatan tersebut di atas yaitu:
Pertama:
November 1863, adalah tahun berpisahnya antara Bangkala dan Binamu dengan Laikang. Ini membuktikan jiwa patriotisme Turatea melakukan perlawanan yang sangat gigih terhadap pemerintah Kolonial Belanda.
Tanggal 29 Mei 1929 adalah pengangkatan Raja Binamu. Tahun itu mulai diangkat “Todo” sebagai lembaga adat yang refresentatif mewakili masyarakat.
Tanggal 1 Mei 1959, adalah berdasarkan Undang-undang No. 29 Tahun 1959 menetapkan terbentuknya Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan, dan terpisahnya Takalar dari Jeneponto.
Kedua:
Tanggal 1 Mei 1863, adalah bulan dimana Jeneponto menjalani masa-masa yang sangat penting yaitu dilantiknya Karaeng Binamu, yang diangkat secara demokratis oleh “Toddo Appaka” sebagai lembaga representatif masyarakat Turatea.
Mundurnya Karaeng Binamu dari tahta sebagi wujud perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Lahirnya Undang Undang No. 29 Tahun 1959.
Diangkatnya kembali raja Binamu setelah berhasil melawan penjajah Belanda. Kemudian tahun 1863, adalah tahun yang bersejarah yaitu lahirnya Afdeling Negeri-negeri Turatea setelah diturunkan oleh pemerintah Belanda dan keluarnya Laikang sebagai konfederasi Binamu.
Diangkatnya kembali raja Binamu setelah berhasil melawan penjajah Belanda. Kemudian tahun 1863, adalah tahun yang bersejarah yaitu lahirnya Afdeling Negeri-negeri Turatea setelah diturunkan oleh pemerintah Belanda dan keluarnya Laikang sebagai konfederasi Binamu.
Tanggal 20 Mei 1946, adalah simbol patriotisme Raja Binamu (Mattewakkang Dg Raja) yang meletakkan jabatan sebagai raja yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda. Dengan Demikian penetapan Hari Jadi Jeneponto yang disepakati oleh pakar pemerhati sejarah, peneliti, sesepuh dan tokoh masyarakat Jeneponto, dari seminar Hari jadi Jeneponto yang berlangsung pada hari Rabu, tanggal 21 Agustus 2002 di Gedung Sipitangarri, dianggap sangat tepat, dan merupakan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Arti Lambang

Lambang daerah Kabupaten Jeneponto yang menggambarkan unsur-unsur historis, kultur, patriotik, sosialogis, dan ekonomi yang keseluruhanya merupakan bagian mutlak yang tidak terpisahkan dari NKRI.
Terdiri atas lima bagian yang berbeda, yakni pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T), kuda putih, globe tiga warna bersusun, daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto dan model perisai.
Maknanya, pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T) adalah, pohon serba guna lambang kemakmuran. Batang sebagai bahan rumah, buahnya dimakan, airnya dapat dijadikan gula, daunya dibuat menjadi tikar dan lain-lain.
Batangnya yang berbentuk huruf (aksara T) singkatan dari kata Turatea di mana rakyat Kabupaten Jeneponto lebih dikenal sebutan Turatea yang artinya orang dari atas. Huruf (T) ini terletak di atas pondasi yang kuat, yang warnanya hitam diartikan sebagai sesuatu yang kuat dan kukuh.
Kuda putih, lambang kekuatan intelek, kuat, gagah, berani dalam keyakinan yang suci. Binatang serba guna ini erat hubungannya dengan segala segi dan perjuangan hidup manusia dan masyarakat baik dalam bidang sosial dan ekonomi.
Dengan semangat menyala adalah kekuatan dan bersukma turun temurun dengan tanaga kuda yang bersemangat tinggi. Mari membangun umat manusia.
Globe dengan tiga warna bersusun. Dengan tiga rangkain rantai (gelang) yang dipadu jadi satu. Globe berarti cita-cita yang tinggi bukan saja seluas samudra dahsyat atau setinggi Bawakaraeng, tetapi seperkasa bumi sebulat bola dunia, warnanya merah, hijau, kuning, melukiskan kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin.
Warna merah, atau kelahiran bahwa manusia itu dilahirkan dan menjadi anggota masyarakat. Sedangkan hijau pucuk harapan, bahwa manusia setelah dilahirkan menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan pendidikan agar menjadikan manusia sosial yang cakap dan bertanggung jawab.
Sementara kuning (matang). Bahwa, manusia setelah lahir dan berpendidikan, mengalami perubahan dan dapat diandalkan sebagai anggota masyarakat yang sempurna. Dari ketiga pengertian warna lambang daerah Jeneponto, Ini menjadi cita-cita dan kewajiban pemerintah daerah Jeneponto.
Daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto, menggambarkan kebudayaan yang khas dan tinggi nilainya sejak dahulu kala. Sementara model perisai diartikan, sebagai pelindung dan pengaman atas terwujudnya pancasila di mana Kabupaten Jeneponto adalah bagian dari NKRI. Itulah makna yang terkandung dalam logo karya Mustafa Djalle.
Terdiri atas lima bagian yang berbeda, yakni pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T), kuda putih, globe tiga warna bersusun, daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto dan model perisai.
Maknanya, pohon lontar dan batang aksara berbentuk (T) adalah, pohon serba guna lambang kemakmuran. Batang sebagai bahan rumah, buahnya dimakan, airnya dapat dijadikan gula, daunya dibuat menjadi tikar dan lain-lain.
Batangnya yang berbentuk huruf (aksara T) singkatan dari kata Turatea di mana rakyat Kabupaten Jeneponto lebih dikenal sebutan Turatea yang artinya orang dari atas. Huruf (T) ini terletak di atas pondasi yang kuat, yang warnanya hitam diartikan sebagai sesuatu yang kuat dan kukuh.
Kuda putih, lambang kekuatan intelek, kuat, gagah, berani dalam keyakinan yang suci. Binatang serba guna ini erat hubungannya dengan segala segi dan perjuangan hidup manusia dan masyarakat baik dalam bidang sosial dan ekonomi.
Dengan semangat menyala adalah kekuatan dan bersukma turun temurun dengan tanaga kuda yang bersemangat tinggi. Mari membangun umat manusia.
Globe dengan tiga warna bersusun. Dengan tiga rangkain rantai (gelang) yang dipadu jadi satu. Globe berarti cita-cita yang tinggi bukan saja seluas samudra dahsyat atau setinggi Bawakaraeng, tetapi seperkasa bumi sebulat bola dunia, warnanya merah, hijau, kuning, melukiskan kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin.
Warna merah, atau kelahiran bahwa manusia itu dilahirkan dan menjadi anggota masyarakat. Sedangkan hijau pucuk harapan, bahwa manusia setelah dilahirkan menjadi kewajiban pemerintah untuk memberikan pendidikan agar menjadikan manusia sosial yang cakap dan bertanggung jawab.
Sementara kuning (matang). Bahwa, manusia setelah lahir dan berpendidikan, mengalami perubahan dan dapat diandalkan sebagai anggota masyarakat yang sempurna. Dari ketiga pengertian warna lambang daerah Jeneponto, Ini menjadi cita-cita dan kewajiban pemerintah daerah Jeneponto.
Daun lontar model pita yang bertuliskan Jeneponto, menggambarkan kebudayaan yang khas dan tinggi nilainya sejak dahulu kala. Sementara model perisai diartikan, sebagai pelindung dan pengaman atas terwujudnya pancasila di mana Kabupaten Jeneponto adalah bagian dari NKRI. Itulah makna yang terkandung dalam logo karya Mustafa Djalle.
Langganan:
Postingan (Atom)